Laporan yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis bulan kemudian jadi sorotan sebab mengatakan sederet 9 negeri yang terancam bangkrut semacam Sri Lanka.
Dikenal kalau Sri Lanka tengah mengalami krisis ekonomi terbanyak selama sejarahnya, kala negeri itu memandang kekurangan pangan serta tenaga sampai utang yang menyulitkan buat membeli stok BBM.
Dikutip dari Associated Press, Rabu( 13/ 7/ 2022) laporan PBB berjudul Global Crisis Response Group itu mencatat, terdapat dekat 1, 6 miliyar orang di 94 negeri yang mengalami paling tidak satu permasalahan krisis pangan, tenaga serta sistem keuangan.
PBB dalam laporan ini pula menyebut dekat 1, 2 miliyar dari mereka tinggal di negara- negara yang tengah hadapi badai ekonomi serta sangat rentan terhadap krisis bayaran hidup.
Pemicu tentu krisis ini bermacam- macam, namun sebagian besar resiko yang bertambah dari melonjaknya bayaran buat santapan serta bahan bakar, didorong lebih besar oleh perang Rusia- Ukraina, kala kendala terhadap pariwisata serta kegiatan bisnis yang lain dari pandemi Covid- 19 baru mereda.
Sebab permasalahan itu, Bank Dunia memperkirakan kalau pemasukan per kapita di negeri tumbuh cuma hendak menggapai 5 persen di dasar tingkatan pra- pandemi tahun ini.
Berikut merupakan 9 negeri yang diucap terancam bangkrut semacam Sri Lanka:
1. Afghanistan
Afghanistan sudah terhuyung- huyung dari krisis ekonomi semenjak Taliban mengambil alih negeri itu sehabis Amerika Serikat serta NATO menarik pasukan mereka tahun kemudian.
Dorongan asing, yang sudah lama jadi andalan menyudahi tiba semenjak penarikan pasukan AS, diiringi oleh sanksi, pemberhentian transfer bank serta melumpuhkan perdagangan, menolak buat mengakui pemerintah Taliban.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden pula membekukan cadangan mata duit asing Afghanistan sebesar USD 7 miliyar yang ditaruh di Amerika Serikat.
Dekat separuh dari 39 juta penduduk negeri itu mengalami tingkatan kerawanan pangan yang mengecam jiwa serta sebagian besar pegawai negara, tercantum dokter, perawat, serta guru, tidak dibayar sepanjang berbulan- bulan.
Krisis ekonomi di Afghanistan pula diperparah dengan bencana gempa bumi baru- baru ini yang membunuh lebih dari 1. 000 jiwa.
2. Argentina
PBB mengatakan, dekat 4 dari tiap 10 orang Argentina dalam kondisi ekonomi yang susah serta bank sentralnya kehilangan cadangan devisa sebab mata duit yang melemah.
Inflasi Argentina diperkirakan hendak melebihi 70 persen tahun ini.
Jutaan orang Argentina bertahan hidup sebagian besar berkat dapur universal serta program kesejahteraan negeri, banyak di antara lain disalurkan lewat gerakan sosial yang kokoh secara politik terpaut dengan partai yang berkuasa.
Konvensi baru- baru ini dengan IMF buat merestrukturisasi utang Argentina sebesar USD 44 miliyar masih jadi persoalan atas konsesi yang bagi para kritikus hendak membatasi pemulihan.
3. Mesir
Inflasi Mesir melonjak nyaris 15 persen pada April 2022. Perihal ini menyebabkan sepertiga dari 103 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan.
Warga Mesir pula telah kesulitan sebab program reformasi ambisius pemerintahnya membuat mata duit mereka mengambang serta memangkas subsidi bahan bakar, air, sampai listrik.
Ditambah lagi, kebijakan bank sentral Mesir yang menaikkan suku bunga demi mengekang laju inflasi sudah menyulitkan pemerintahnya membayar utang luar negara yang menumpuk.
4. Laos
Tingkatan utang Laos sudah melonjak serta semacam Sri Lanka, Laos lagi dalam pembicaraan dengan kreditur tentang metode membayar kembali pinjaman senilai miliaran dolar.
Cadangan devisanya jugankurang dari 2 bulan impor, kata Bank Dunia. Mata duit Laos pula anjlok sampai 30 persen.
5. Lebanon
Tidak hanya Laos, Lebanon pula memandang keruntuhan mata duit, tingkatan inflasi yang mendesak kelaparan, sampai antrian gas.
Lebanon pula kandas membayar utang mereka senilai USD 90 miliyar ataupun setara Rp 1, 3 kuadriliun. Rasio utangnya juga bertambah sampai menggapai 170 persen terhadap PDB.
Bank Dunia mengatakan, krisis ekonomi Lebanon menempati peringkat salah satu yang terburuk di dunia dalam lebih dari 150 tahun.
6. Myanmar
Pandemi covid- 19 serta ketidakstabilan politik sudah menghantam ekonomi Myanmar, paling utama menyusul aksi kudeta militer pada Februari 2021 terhadap pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi.
Menyusul kudeta, Myanmar juga dihujani sanksi dari negeri Barat, semacam penarikan bisnis secara besar- besaran. Ekonomi Myanmar terkontraksi minus 18 persen pada tahun kemudian serta diperkirakan tidak berkembang pada tahun ini.
Dilaporkan terdapat lebih dari 700 ribu orang di Myanmar yang melarikan diri ataupun diusir dari rumah mereka sebab konflik bersenjata serta kekerasan politik yang terjalin.
Dengan suasana yang rumit itu, Bank Dunia tidak menghasilkan proyeksi buat Myanmar pada 2022- 2024.
7. Pakistan
Semacam Sri Lanka, Pakistan sudah melaksanakan pembicaraan menekan dengan IMF, berharap buat menghidupkan kembali paket bailout senilia USD 6 miliyar yang ditunda sehabis pemerintah Perdana Menteri Imran Khan lengser pada April 2022.
Melonjaknya harga minyak mentah di Pakistan sudah mendesak menaiknya harga bahan bakar sampai merangsang peningkatan bayaran yang lain.
Mata duit rupee Pakistan juga merosot 30 persen terhadap dolar AS tahun kemudian serta cadangan devisanya turun jadi cuma USD 13, 5 miliyar ataupun setara 2 bulan impor.
” Resiko ekonomi makro sangat condong ke dasar,” Bank Dunia memperingatkan dalam catatan terbarunya.
8. Zimbabwe
Pada tahun 2008 silam, Zimbabwe sempat menyandang status hiperinflasi kala inflasinya menggapai 500 miliyar persen.
Kekhawatiran tersebut bertambah sebab inflasi Zimbabwe dikala ini telah memegang 130 persen.
Permasalahan ekonomi Zimbabwe telah menahun serta terus menjadi parah sebab korupsi, rendahnya investasi yang masuk, serta tumpukan utang.
Ditambah lagi, masyarakat Zimbabwe tidak mempercayai mata duit negeri mereka serta memilah menaruh duit dalam wujud dolar AS.
9. Turki
Turki mengalami krisis sehabis inflasi menggapai lebih dari 60 persen. Semenjak tahun kemudian, mata duit lira Turki sudah jatuh ke posisi terendah selama masa terhadap euro serta dolar AS.
Kebijakan pemangkasan pajak serta subsidi bahan bakar buat meredam lonjakan inflasi yang diambil Pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan diucap kandas mendesak Turki keluar dari krisis.